“MONOLOG DI BILIK WARNET”: SEBUAH REFLEKSI TENTANG LGO4D DAN HIDUP YANG TERUS BERPUTAR

“Monolog di Bilik Warnet”: Sebuah Refleksi Tentang LGO4D dan Hidup yang Terus Berputar

“Monolog di Bilik Warnet”: Sebuah Refleksi Tentang LGO4D dan Hidup yang Terus Berputar

Blog Article

(Lampu panggung menyala samar. Seorang pria berdiri di tengah, tangan menggenggam mouse, mata menatap layar komputer tua. Suara keyboard berbunyi pelan.)

PRIA:
Layar ini... saksiku.
Tempat segala harap diketik,
dan segala gagal… disenyapkan.

Namaku Bowo. Usia 31.
Pekerjaan: freelance serabutan.
Status: masih mencoba.

Dan malam ini,
seperti malam-malam sebelumnya,
aku duduk di bilik nomor 07,
dengan satu tujuan:
LGO4D.


(Cahaya menyorot ke layar. Terdengar suara notifikasi kecil.)

PRIA (menirukan suara sistem):
“Selamat datang kembali. Login berhasil.”
Ah... kalimat paling ramah yang kuterima hari ini.
Istriku? Sudah tidur.
Bosku? Hanya kirim emoji jempol untuk kerja lembur.

Tapi situs ini…
Dia menyambutku,
seolah berkata:
“Masuklah, Bowo. Di sini, semua orang punya peluang.”


(Lampu redup. Suasana jadi sendu.)

PRIA:
Dulu, aku kira LGO4D hanya tempat judi.
Tapi lama-lama…
Ia jadi seperti sahabat — yang tak pernah menghakimi.
Aku gagal? Dia diam.
Aku menang? Dia tepuk tangan dalam diam.

Orang-orang bilang aku bodoh.
Tapi apa mereka tahu rasanya jadi laki-laki
yang harus pura-pura kuat setiap hari?


(Ia berdiri, menarik napas dalam.)

PRIA:
Aku tak bangga main LGO4D.
Tapi aku juga tak malu.
Karena di antara semua ketidakpastian hidup ini,
setidaknya di sini aku masih bisa memilih.
Angka mana yang kupercaya.
Waktu mana yang kucoba.
Nasib mana yang ingin kuambil.

Dan bukankah hidup…
juga semacam perjudian besar?


(Layar menampilkan tulisan: “Kemenangan Anda: Rp 0”)

PRIA (tertawa miris):
Lihat?
Gagal lagi.
Tapi tak apa.
Karena bukan soal menang atau kalah —
tapi tentang merasa masih bisa berjuang.

Dan malam ini,
walau tanpa trofi,
aku pulang dengan satu hal:
harapan.


(Lampu padam. Terdengar suara penutup.)

“Di zaman penuh algoritma dan tekanan hidup, manusia butuh ruang. Kadang bukan untuk menang — tapi untuk merasa diperhitungkan.”

LGO4D mungkin hanyalah situs bagi sebagian.
Tapi bagi yang lain, ia adalah panggung.
Tempat mereka tampil… meski hanya di bilik warnet kecil di pinggiran kota.


Penutup:

Monolog ini adalah cermin. Tentang kita. Tentang hidup di era digital. Tentang bagaimana LGO4D, di luar kontroversinya, menjadi bagian dari narasi harian masyarakat urban — yang terus berjuang, tertawa, mencoba, dan tak menyerah.

Catatan: Naskah ini adalah karya fiksi reflektif. Tidak bermaksud mempromosikan situs tertentu, melainkan mengangkat sisi kemanusiaan dalam era digital modern. Gunakan internet dengan bijak dan sadar.

Report this page